
Kadis DPPKB Kutim Junaidi sebut di Kutim Terjadi Penurunanan Stunting, Diharapkan Semua Terus Berkolaborasi Turunkan Stuntung di Kutim
SANGATTA – Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mengatakan keluarga yang sejahtera, sehat diantaranya adalah keluarga yang memiliki anak yang terbebas dari stunting. Pada bulan Juni 2024 jumlah keluarga beresiko stunting di Kabupaten Kutai Timur, dari hasil Audit Kasus Stunting (AKS) pada semester 2 tahun 2023 berjumlah 19.900 keluarga, sedangkan pada semester 1 yaitu bulan Juni 2024 berjumlah 15.576 keluarga.
“Berarti terjadi penurunan sekitar 4,324 keluarga beresiko stunting sampai akhir bulan Juni 2024, sedangkan pada akhir September berjumlah 12.362 keluarga, terjadi penurunan kembali sekitar 3.124 keluarga resiko stunting sampai akhir bulan September 2024. Sedangkan jumlah anak stunting pada bulan Juni tahun 2024 berjumlah 1.801 anak yang tersebar di 18 Kecamatan dan 142 desa/kelurahan. Pada akhir bulan September 2024 berjumlah 1.748 anak, ada penurunan 53 anak stunting yang ada di Kabupaten Kutai Timur. Jumlah anak stunting yang paling banyak berada di Kecamatan Muara Bengkal sekitar 224 anak terindikasi stunting dan yang paling kecil/sedikit ada di Kecamatan Batu ampar ada 5 anak terindikasi stunting,” ungkap Junaidi (sapaan akrabnya), pada pada puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) yang digelar di Ruang Akasia, Gedung Serba Guna (GSG) Bukit Pelangi, Sangatta, Selasa (15/10/2024).
Ini adalah tugas yang berat yang harus diselesaikan secara bersama-sama, lanjut Junaidi, khususnya oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Tingkat Kabupaten, Kecamatan dan Desa. Pelaksanaan Kerja percepatan Penurunan Stunting TPPS Kutai Timur yang ada di Kabupaten, Kecamatan Kelurahan dan desa tidak akan dapat berjalan dengan baik atau maksimal, apabila tidak didukung oleh semua yang hadir pada hari ini.
“Kami berharap lembaga mitra baik negri maupun swasta, perusahaan-perusahaan yang ada di Kabupaten Kutai Timur turut serta secara bersama-sama untuk melakukan pencegahan dan percepatan penurunan stunting di wilayah kerjanya masing-masing,” sebut Junaidi.
Seperti contoh di Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS), beberapa perusahaan swasta batu bara dan sawit telah berkontribusi nyata dalam percepatan penurunan stunting, sambung Junaidi. Diantaranya dari PT Indexim Coalindo, Baznas, PT GAM, PT Pama persada, PT Indominco yang ada dan bekerja di wilayah Kabupaten Kutai Timur.
“Saya selaku sekretaris TPPS juga menghaturkan terimamm kasih yang besar kepada perusahaan yang berpartisipasi dalam pelaksanaan Harganas, mari kita bersama terus menjaga komunikasi dan bekerja sama dalam mengatasi masalah anak stuting dan keluarga resiko stunting yang selama ini telah berjalan dengan baik,” tuturnya.
Lebih jauh, berharap semua lembaga organisasi kelembagaan baik swasta maupun negeri, lembaga kemasyarakatan, lembaga pendidikan, perusahaan-perusahaan, lembaga penbankan, para Da’i , forum-forum kemasyarakatan dan lainnya yang belum berkontribusi dalam pencegahan dan percepatan penurunan stunting untuk bersama kita bekerja dan saling membantu untuk mengatasi persoalan ini.
“Pelaksanaan percepatan dan penurunan stunting juga harus didukung kolaborasi dari pihak-pihak swasta dan negri, perlu kiranya organisasi perangkat Daerah (OPD) yang masuk dalam struktur Tim Percepatan Penurunan Stunting untuk menyusun program pelaksanaan penurunan stunting dan membangun kerjasama yang lebih baik,” pungkasnya.
Penulis : Wak Hedir
#Footnote
Kabupaten Kutai Timur adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur, di Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Sangatta. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 35.747,50 km² atau 17 persen dari luas Provinsi Kalimantan Timur. Kabupaten Kutai Timur yang terbentuk sejak 12 Oktober 1999 berdasarkan UU. 47 Tahun 1999 ini memiliki jumlah penduduk 425.613 jiwa (semester 1 tahun 2022), terdiri dari 18 kecamatan, 139 desa definitif, 11 desa persiapan dan 2 kelurahan.