Tue 30/05/2023
  admin Berita

Ketua Yayasan Ulin sebut Sekitar 300 Ekor Diami LBMS

SANGATTA - Upaya mpertahankan eksistensi Buaya Badas Hitam dan ekosistemnya di Lahan Basah Mesangat Suwi (LBMS), diketahui menjadi titik awal berdirinya organisasi Yayasan Ulin yang berdiri sejak tahun 2009. Sejak saat itu, Yayasan Ulin terus eksis dalam menjaga keberlangsungan habitat Buaya Badas Hitamyang keberadaanya sudah masuk dalam kategori Critical Endangered (hewan terancam punah).

“Ini (Buaya Badas Hitam) menjadi satu-satunya di dunia, yang habitatnya masih di alam liar,” ungkap ketua Yayasan Ulin, Soeimah, Selasa (30/5/2023). 

Berdasarkan hasil pendataan yang sudah di lakukan Yayasan Ulin sejak tahun 2010 lalu, bahwa per 20 kilometer persegi terdapat  75 ekor Buaya Badas Hitam. Secara keseluruhan, diperkirakan jumlah buaya yang mendiami Lahan Basah Mesangat Suwi (LBMS) setidaknya ada 300 ekor buaya tersebut. 

“Namun jumlah itu bisa bertambah banyak. Karena sejak tahun 2018 kami sering menjumpai sarang buaya yang menetas, rata-rata dalam satu sarang telurnya 15 hingga 20 butir,” imbuhnya.

Lebih lanjut ia menuturkan, saat ini pihaknya terus melakukan pengamatan maupun survei secara berkala. Termasuk menindaklanjuti laporan masyarakat, terkait adanya aktifitas yang dilakukan oleh hewan dengan nama latin Crocodylus Siamensis tersebut. 

"Baik yang berkaitan dengan penemuan sarang maupun lainya. Termasuk apabila ada buaya yang tersangkut di kail pancing, kami juga turun tangan untuk membantu melepasakannya. Selain untuk pendaataan juga ada kepercayaan masyarakat setempat, apabila memegang buaya orang tersebut akan sakit,” imbuhnya.

Lebih jauh ia menjelaskan, bahwa di lokasi seluas 6 ribu hektare tersebut, Yayasan Ulin, juga tidak hanya fokus menjaga keberlangsungan Buaya Badas Hitam. Namun juga terdapat beberapa satwa endemik yang menjadi perhatian. Diantaranya, Bekantan, Beruang,  dan Orang Utan. 

"Kita turut melibatkan pihak terkait di area sekitar LBMS. Karena ada sebagian lokasi masuk dalam kawasan perusahaan perkebunan. Sehingga kami berkolaborasi dengan mereka (perusahaan) untuk pengelolaan bersama,” bebernya.

Dikatakan, pihaknya sedang berupaya untuk melibatkan masyarakat sekitar area LBMS untuk ikut serta dalam pengelolaan kawasan tersebut. Dengan menggandeng masyarakat, yang selama ini menggantungkan pencahariannya dengan mencari ikan. Mereka beralih menjadi pemandu bagi Yayasan Ulin, yang ingin melakukan pendataan buaya badas hitam.

“Jadi kami berikan sejumlah uang. Karena memberikan informasi sekaligus mengantar ke lokasi buaya dengan kapal mereka,” jelasnya. 

Lebih jauh ia berharap, kedepannya akan muncul generasi muda yang tidak hanya sebagai  personal. Namun lebih kepada kelompok yang memiliki visi lingkungan dan menjadikan  budaya baru yang terus di kembangkan. Hal itu sebagai bagian dari wujud kepedulian terhadap lingkungan.

Penulis : Tehjo
Editor : Joni